Gaya Kognitif
Setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, cara seseorang dalam bertingkah laku, menilai, dan berpikir akan berbeda pula. Labunan (2004) menyatakan: setiap individu memiliki cara-cara tersendiri yang dilakukan dalam menyusun dalam pikirannya, apa yang dilakukan, dilihat, diingat dan apa yang dipikirkan. Individu akan memiliki cara-cara yang berbeda atas pendekatan yang dilakukannya terhadap situasi belajar, dalam cara mereka menerima, mengorganisasikan, serta menghubungkan pengalaman-pengalamam mereka dalam cara mereka merespon terhadap metode pengajaran tertentu. Perbedaan ini bukanlah merupakan suatu tingkat kemampuan seseorang namun merupakan suatu bentuk kemampuan individu dalam memproses dan menyusun informasi serta cara individu untuk tanggap terhadap stimulus yang ada di lingkungannya. Perbedaan-perbedaan yang menetap pada setiap individu dalam cara mengolah informasi dan menyususnya dari pengalaman-pengalamannya lebih dikenal dengan gaya kognitif.
Jadi dapat dikatakan gaya kognitif adalah cara setiap individu dalam menerima, mengoraganisasikan, merespon, mengolah informasi dan menyusunnya berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dialaminya berdasarkan kajian psikologis menurut Nurdin (2005), ada perbedaan cara orang memproses dan mengorganisasikan kegiatannya, dengan demikian perbedaan tersebut akan mempengaruhi kuantitas serta kualitas dari kegiatan yang dilakukan, termasuk kegiatan yang dilakukan siswa di sekolah perbedaan inilah yang disebut dengan gaya kognitif (cognitif style).
Lebih lanjut Nurdin (2005) menyatakan bahwa gaya kognitif mengacu pada cara orang memperoleh informasi dan memakai strategi untuk merespon suatu stimulus dari luar. Disebut sebagai gaya kognitif dan tidak sebagai kemampuan karena merujuk pada bagaimana sesorang memperoleh informasi serta memecahkan masalah. Dan bukannya mengacu pada bagaimana seseorang untuk memperoleh cara yang terbaik dalam memproses informasi dan memecahkan masalah.
Gaya kognitif merujuk pada cara seseorang memproses, menyimpan, maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya. Ada beberapa pengertian tentang cognitive styles/gaya kognitif yang dikemukakan oleh beberapa ahli, namun pada prinsipnya pengertian tersebut relatif sama. Coop (dalan Nurdin, 2005) mengemukakan bahwa istilah gaya kognitif mengacu pada kekonsistenan pemolaan (patterning) yang ditampilkan seseorang dalam menanggapi berbagai jenis situasi. Juga mengacu pada pendekatan intelektual dan atau strategi dalam menyelesaikan masalah. Thomas (1990) mengemukakan bahwa cognitive styles merujuk pada cara seseorang memproses informasi dan menggunakan strategi untuk menanggapi suatu tugas. Woolfolk (1993) mengemukakan bahwa cognitive styles adalah bagaimana seseorang menerima dan mengorganisasikan informasi dari dunia sekitarnya.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan cognitive styles adalah cara seseorang dalam memproses, menyimpan, maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya. Salah satu dimensi gaya kognitif yang secara khusus perlu dipertimbangkan dalam pendidikan, adalah gaya kognitif yang dibedakan berdasarkan perbedaan psikologis yakni: gaya kognitif field-independent dan field-dependent. Gaya kognitif field-dependent dan field independent perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran mengingat adanya kesesuaian antara kedua gaya kognitif field-independent dan field-dependent.
Kesesuaian yang dimaksud yaitu hubungan antara gaya kognitif field-dependent dan orientasi sesama atau menonjolnya solidaritas (rasa kebersamaan, kooperatif). Kesesuaian gaya kognitif field-independent dalam hakikat hubungan antara manusia dan manusia, yaitu orientasi individual yang muncul secara dominan yakni orientasi yang pada dasarnya menghargai kemampuan individual dalam meraih prestasi.
Tiap orang akan memiliki gaya kognitif yang berbeda-beda dalam memecahkan masalah. Berbagai gaya kognitif tersebut merupakan suatu sifat kepribadian yang relatif menetap sehingga dapat dipakai untuk menjelaskan prilaku seseorang dalam menghadapi berbagai situasi. Menurut Abdurrahman (1999) menyatakan ada dua dimensi yang mendapat perhatian besar dalam pengkajian anak dalam berkesulitan belajar yaitu dimensi gaya kognitif keterikatan dan ketidakterikatan pada lingkungan (field dependent dan field independent). Cakan (2006) mengemukakan, gaya kognitif (cognitive style), memiliki arti yang berbeda dengan gaya belajar (learning style). Gaya belajar merupakan cara orang untuk memperoleh informasi, sedangkan gaya kognitif memiliki arti yang lebih luas yaitu mengacu pada cara orang memperoleh informasi dan memandang lingkungan sekitarnya sebagai stimulus dan berinteraksi didalamnnya.
Setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, cara seseorang dalam bertingkah laku, menilai, dan berpikir akan berbeda pula. Labunan (2004) menyatakan: setiap individu memiliki cara-cara tersendiri yang dilakukan dalam menyusun dalam pikirannya, apa yang dilakukan, dilihat, diingat dan apa yang dipikirkan. Individu akan memiliki cara-cara yang berbeda atas pendekatan yang dilakukannya terhadap situasi belajar, dalam cara mereka menerima, mengorganisasikan, serta menghubungkan pengalaman-pengalamam mereka dalam cara mereka merespon terhadap metode pengajaran tertentu. Perbedaan ini bukanlah merupakan suatu tingkat kemampuan seseorang namun merupakan suatu bentuk kemampuan individu dalam memproses dan menyusun informasi serta cara individu untuk tanggap terhadap stimulus yang ada di lingkungannya. Perbedaan-perbedaan yang menetap pada setiap individu dalam cara mengolah informasi dan menyususnya dari pengalaman-pengalamannya lebih dikenal dengan gaya kognitif.
Jadi dapat dikatakan gaya kognitif adalah cara setiap individu dalam menerima, mengoraganisasikan, merespon, mengolah informasi dan menyusunnya berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dialaminya berdasarkan kajian psikologis menurut Nurdin (2005), ada perbedaan cara orang memproses dan mengorganisasikan kegiatannya, dengan demikian perbedaan tersebut akan mempengaruhi kuantitas serta kualitas dari kegiatan yang dilakukan, termasuk kegiatan yang dilakukan siswa di sekolah perbedaan inilah yang disebut dengan gaya kognitif (cognitif style).
Lebih lanjut Nurdin (2005) menyatakan bahwa gaya kognitif mengacu pada cara orang memperoleh informasi dan memakai strategi untuk merespon suatu stimulus dari luar. Disebut sebagai gaya kognitif dan tidak sebagai kemampuan karena merujuk pada bagaimana sesorang memperoleh informasi serta memecahkan masalah. Dan bukannya mengacu pada bagaimana seseorang untuk memperoleh cara yang terbaik dalam memproses informasi dan memecahkan masalah.
Gaya kognitif merujuk pada cara seseorang memproses, menyimpan, maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya. Ada beberapa pengertian tentang cognitive styles/gaya kognitif yang dikemukakan oleh beberapa ahli, namun pada prinsipnya pengertian tersebut relatif sama. Coop (dalan Nurdin, 2005) mengemukakan bahwa istilah gaya kognitif mengacu pada kekonsistenan pemolaan (patterning) yang ditampilkan seseorang dalam menanggapi berbagai jenis situasi. Juga mengacu pada pendekatan intelektual dan atau strategi dalam menyelesaikan masalah. Thomas (1990) mengemukakan bahwa cognitive styles merujuk pada cara seseorang memproses informasi dan menggunakan strategi untuk menanggapi suatu tugas. Woolfolk (1993) mengemukakan bahwa cognitive styles adalah bagaimana seseorang menerima dan mengorganisasikan informasi dari dunia sekitarnya.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan cognitive styles adalah cara seseorang dalam memproses, menyimpan, maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya. Salah satu dimensi gaya kognitif yang secara khusus perlu dipertimbangkan dalam pendidikan, adalah gaya kognitif yang dibedakan berdasarkan perbedaan psikologis yakni: gaya kognitif field-independent dan field-dependent. Gaya kognitif field-dependent dan field independent perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran mengingat adanya kesesuaian antara kedua gaya kognitif field-independent dan field-dependent.
Kesesuaian yang dimaksud yaitu hubungan antara gaya kognitif field-dependent dan orientasi sesama atau menonjolnya solidaritas (rasa kebersamaan, kooperatif). Kesesuaian gaya kognitif field-independent dalam hakikat hubungan antara manusia dan manusia, yaitu orientasi individual yang muncul secara dominan yakni orientasi yang pada dasarnya menghargai kemampuan individual dalam meraih prestasi.
Tiap orang akan memiliki gaya kognitif yang berbeda-beda dalam memecahkan masalah. Berbagai gaya kognitif tersebut merupakan suatu sifat kepribadian yang relatif menetap sehingga dapat dipakai untuk menjelaskan prilaku seseorang dalam menghadapi berbagai situasi. Menurut Abdurrahman (1999) menyatakan ada dua dimensi yang mendapat perhatian besar dalam pengkajian anak dalam berkesulitan belajar yaitu dimensi gaya kognitif keterikatan dan ketidakterikatan pada lingkungan (field dependent dan field independent). Cakan (2006) mengemukakan, gaya kognitif (cognitive style), memiliki arti yang berbeda dengan gaya belajar (learning style). Gaya belajar merupakan cara orang untuk memperoleh informasi, sedangkan gaya kognitif memiliki arti yang lebih luas yaitu mengacu pada cara orang memperoleh informasi dan memandang lingkungan sekitarnya sebagai stimulus dan berinteraksi didalamnnya.