22/04/10

Motivasi

1)    Pengertian Motivasi
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Motivasi yang tinggi akan mempengaruhi minat belajar yang tinggi begitu juga sebaliknya. Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mental yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan yaitu kondisi siswa, kemampuan, perhatian dan cita-cita. Kekuatan mental seseorang berbeda-beda ada yang tergolong rendah dan tinggi.
Hamalik (2001:108) menyatakan bahwa ”motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi yang untuk mencapai tujuan”. Sedangkan Dimyati dan Moedjiono (1994:75) menjelaskan bahwa ”motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran dan insentif”.Dalam kaitannya dengan motivasi belajar, Dimyati dan Moedjiono (1994:74-75) menjelakan bahwa siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif. Keadaan kejiwaan inilah yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar.
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa, motivasi belajar itu penting untuk memahami hal-hal sebagai berikut: 1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir, 2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, bila dibandingkan dengan teman sebaya, 3) mengarahkan kegiatan belajar, 4) membesarkan semangat belajar, 5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (diselanya adalah istirahat dan bermain) yang berkesinambungan: individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil (Dimyati dan Moedjiono, 1994:78-79).
Lebih jauh Dimyati  dan Moerjiono (1994:78-79) menjelaskan bahwa motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, sebagai berikut: 1) membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil; 2) motivasi di kelas bermacam ragam, ada yang acuh tak acuh, ada yang tak memusatkan perhatian, dan ada yang bermain di samping yang bersemangat untuk belajar; 3) meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah atau guru pendidik; dan 4) memberi peluang guru untuk ”unjuk kerja” rekayasa paedagogis.
Sesuai dengan uraian di atas maka dapat disipulkan bahwa motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman.

2)    Jenis-jenis Motivasi
Pengertian motivasi seperti yang telah diuraikan di atas adalah daya dorong atau penggerak dari dalam subyek untuk melakukan aktifitas untuk melakukan aktivitas demi tercapainya tujuan. Seperti yang disampaikan oleh Dimyati dan Modjiono (1994:80) dan Hamalik (2001:109-113) serta Brahmantyo (1986:13-14) membedakan motivasi berdasarkan sifatnya menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

(1)    Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah dorongan yang timbul dari dalam diri siswa untuk mencapai tujuan tertentu demi kepuasan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Winkel (1983:28) bahwa motivasi instrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar di mulai dan diteruskan berdasarkan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Hal yang sama di kemukakan oleh Sudirman (Dalam Kariani 1997:9) bahwa motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk yang di dalamnya dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan aktivitas belajarnya.
Dalam kaitannya dengan belajar pula, Hamalik (2001:112-113) memberikan pengertian tentang motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Dimyati dan Moedjiono (1994:83-84) menjelaskan bahwa motivasi instrinsik dapat mengarahkan munculnya motivasi berprestasi.

(2)     Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan salah satu faktor yang mendorong tercapainya tujuan belajar itu. Walaupun tidak berkaitan secara mutlak dengan kegiatan belajar. Pada umumnya siswa di sekolah dalam aktivitas pembelajaran perlu sekali adanya dorongan atau motivasi yang ada pada diri siswa tersebut. Hal ini terlihat setelah banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa setelah guru melakukan perlakuan kepada siswa yang merupakan motivasi dalam mencapai tujuan belajar itu sendiri. Seperti pengalaman yang menunjukkan bila siswa mendapat pujian dari guru misalnya menyatakan bagus, menepuk bahu sebagai penguatan dan sebagainya. Karena bagaimanapun peranan motivasi ekstrinsik juga mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dengan motivasi dalam diri siswa dalam mencapai tujuan atau makna aktivitas belajar tersebut.
Winkel (1983:27) mengemukakan bahwa ”motivasi ekstrinsik bentuk motivasi yang di dalamnya terdapat aktivitas belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar”. Sedangkan Hamalik (2001:112-113) secara sederhana mengemukakan bahwa motivasi ekstrinsik tetap diperlukan di sekolah, sebab pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik sulit untuk menentukan mana yang lebih baik. Yang dikehendaki disini adalah timbulnya motivasi intrinsik, tetapi motivasi ini tidak mudah dan tidak selalu dapat timbul. Di lain pihak, guru bertanggung jawab agar pembelajaran berhasil dengan baik, dan oleh karenanya guru berkewajiban membangkitkan motivasi ekstrinsik pada peserta didiknya. Diharapkan lambat laun akan timbul kesadaran siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Guru berupaya mendorong dan merangsang agar tumbuh motivasi sendiri pada diri peserta didik (Hamalik, 2001:113).

3)    Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:89-91) unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut.
  • Cita-cita atau aspirasi. Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar, keinginan bermain dan lain-lain. Keberhasilan untuk mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.
  • Kemampuan siswa. Keinginan seorang perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
  • Kondisi siswa. Kondisi siswa yang meliputi kodisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar siswa. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya seorang siswa yang sehat akan dengan mudah memusatkan perhatian.
  • Kondisi lingkungan siswa. Lingkungan siswa berupa kadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat, maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, maka semangat dan motivasi belajar siswa mudah diperkuat.
  • Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Lingkungan siswa mengalami perubahan yang akan berpengaruh juga terhadap motivasi belajar siswa. Jadi kesemua lingkungan akan dapat mendinamiskan motivasi belajar siswa.
  • Upaya guru dalam membelajarkan siswaGuru adalah pendidik profesional. Intensitas pergaulan guru dengan siswa akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa siswa. Partisipasi guru dan teladan memilih perilaku yang baik merupakan upaya yang membelajarkan siswa.
4)    Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Ada beberapa cara untuk memperkuat motif seseorang dapat berbuat lebih baik, hal ini juga berlaku untuk memperkuat motivasi untuk belajar lebih baik dan lebih cepat. Rahman Natawijaya (1970:196) dan Hamalik (2001:116-118), Dimyati dan Mudjiono (1994:92-94) menyampaikan cara-cara meningkatkan motivasi adalah (1) memadukan motif-motif kuat yang sudah ada; (2) memperjelas tujuan yang hendak dicapai; (3) merumuskan tujuan sementara; (4) merangsang pencapaian tujuan; (5) membuat situasi persaingan; (6) persaingan dengan diri sendiri; (7) memberitahukan hasil yang dicapai; (8) memberi contoh yang positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar